Apa Itu Money Game

Multi Level Marketing

Perusahaan MLM pada dasarnya adalah perusahaan biasa yang berjualan produk. Hanya saja mereka memanfaatkan pelanggan sebagai ‘Sales Door to Door’ untuk menjual produk mereka, dengan iming-iming bagi hasil tentunya. Caranya dengan membangun piramid level.

Pertama, mereka menawarkan membership kepada para pelanggan sehingga pelanggan bisa mendapatkan discount khusus untuk setiap produk yang dijual. Dan pelanggan bisa menjual kembali produk yang sudah mereka beli dengan harga normal kepada orang lain. Atau, mereka juga bisa menawarkan membership kepada orang lain dengan posisi sebagai downline-nya.

Illustrasinya; Member A menawarkan Pelanggan B sebagai downline-nya. Setelah, menjadi member, Pelanggan B bisa membeli produk secara langsung ke perusahaan juga dengan mendapatkan discount khusus seperti Member A. Setiap kali Member B membeli produk, maka sekian persen keuntungan yang didapat perusahaan dari penjualannya akan disisihkan untuk Member A.

Kemudian si C menjadi downline si B dan si D menjadi downline si C.

Saat Member D belanja produk, maka Member C, B dan A akan mendapat persentase keuntungan dari perusahaan. Member A tentu saja mendapat persentase total paling banyak karena downline-nya paling banyak.

Jika Member D juga mendapatkan downline, yaitu Member E, maka hanya Member D, C dan B yang mendapat keuntungan saat si E belanja produk, sementara Member A tidak mendapat apa-apa. Karena setahu saya memang hanya dibatasi hingga 3 level downline untuk mendapatkan persentase keuntungan. Member A bisa memilih untuk ongkang-ongkang kaki sementara B, C dan D bekerja mencari downline baru dan memberikan persentase keuntungan untuknya, atau kembali ikut mencari downline baru supaya semakin banyak persentase yang bisa ia raup.

Masalah terburuk yang mungkin muncul, hanyalah jika downline kita ternyata malas mencari member baru. Itu akan membuat kita kehilangan jatah persentase dari perusahaan. Tapi pada dasarnya tidak ada pihak yang dirugikan. Tidak ada pihak yang memiliki utang kepada pihak lain. Semua produk harus dibeli secara kontan. Semua persentase keuntungan dibayar secara kontan. Jika tidak ada penjualan, maka tidak ada pembagian keuntungan. As simple as that.

Money Game

Money Game memang menggunakan sistem piramid yang sama dengan MLM. Tetapi Money Game bukanlah bisnis jualan produk. Di sini seorang member diminta untuk menanamkan uangnya pada perusahaan (istilah kerennya; investasi) dan perusahaan berjanji bahwa uang tersebut nantinya bisa diambil kembali dengan nilai berlipat ganda.

Bagaimana cara menggandakannya? Perusahaan meminta si Member untuk mencari sejumlah oranng untuk menjadi downline-nya dan ikut menanamkan uang mereka di perusahaan. Uang para downline inilah yang nantinya akan diberikan kepada Member yang pertama dengan nilai 3 kali lipat dari nilai yang telah di-invest-nya. Selebihnya menjadi milik perusahaan.

Ilustrasinya begini; Si A menanamkan uang Rp. 100 kepada perusahaan. Lalu si A mencari (maksimal) 8 orang member baru untuk menjadi downline-nya. Ke delapan orang tersebut juga menanamkan uang masing-masing Rp. 100 ke perusahaan. Total uang yang masuk adalah; Rp. 100 + Rp. 800 = Rp. 900. Uang sebesar Rp. 300 diberikan kepada si A sesuai yang dijanjikan perusahaan pada akhir periode, sisanya Rp. 600 menjadi milik perusahaan. Lalu bagaimana cara perusahaan membayar kembali uang milik 8 orang downline si A? Yang dilakukan perusahaan adalah meminta ke delapan orang tersebut untuk mencari masing-masing delapan orang lagi sebagai downline mereka. Begitu seterusnya.

Jadi pada dasarnya perusahaan berhutang sebesar Rp. 100 kepada si A dengan janji mengembalikan 3 kali lipat. Lalu perusahaan meminjam kembali dari 8 orang teman si A dengan janji yang sama. Hasil pinjaman tersebut digunakan untuk mengembalikan uang plus bunga kepada si A. Lalu perusahaan meminjam uang lagi dari 64 orang lainnya untuk dibayarkan kepada 8 orang teman si A, dst dst dst. Intinya perusahaan ini pada dasarnya tidak memiliki uang. Yang mereka miliki hanyalah hutang, yang semakin lama semakin banyak dan semakin banyak.

Jika perusahaan berhasil mengumpulkan uang dari para member sebesar 1 milyar di awal tahun. maka di akhir tahun perusahaan tersebut harus berhasil mengumpulkan dana sebesar minimal 3 milyar dari member yang baru, untuk dibayarkan kepada member awal. Di akhir tahun berikutnya, perusahaan tersebut harus mampu mengumpulkan 9 milyar untuk dibayarkan kepada member. Tahun berikutnya lagi, 27 milyar dst.

Target jumlah pengumpulan dana HARUS tercapai setiap tahun. H A R U S ! ! ! Kalau tidak tercapai, maka akan ada sejumlah member yang tidak terbayarkan. Dan itu akan fatal akibatnya.

Tapi apakah ada perusahaan yang selalu berhasil mencapai target setiap tahunnya? Setahu saya tidak ada. Perusahaan raksasa sekelas Microsoft, Apple, General Motor dan Toyota, pun pernah mengalami masa surut. Tapi mereka bisa tetap survive karena memiliki aset dan dana cadangan dari tahun sebelumnya. Oke, kalaupun General Motor bangkrut, mereka bisa menjual aset untuk membayar hutang kepada bank dan investor. Tapi kalau perusahaan Money Game itu tidak memiliki aset. Mereka hanya memiliki hutang. Jadi kalau bangkrut, mereka tidak mungkin bisa membayar hutang kepada siapapun.

Sekarang ini sangat banyak model usaha yang dijalankan oleh masyarakat atau para pebisnis. Berbagai cara atau strategi mereka lakukan demi memuluskan usahanya. Namun situasi ekonomi yang sulit seringkali dimanfaatkan para oknum yang tidak bertanggung jawab untuk melakukan berbagai cara kotor untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, misalnya dengan menjalankan skema piramida. Anda pasti penasaran, apa itu skema piramida? Dan apa perbedaan bisnis MLM dan skema piramida? Skema piramida merupakan suatu proses di mana seseorang dianjurkan untuk merekrut orang lain agar mendapatkan penghasilan besar dari orang yang sudah direkrut tersebut.

Dari cara perekrutan sumber daya manusianya, tidak ada beda antara bisnis MLM dengan skema piramida. Namun Anda harus jeli menangkap perbedaan bisnis MLM dan skema piramida. Jika bisnis MLM adalah sistem penjualan yang dijalankan secara berkelompok yang biasanya melalui perekrutan anggota guna membentuk tim pemasaran secara bertingkat, sedangkan skema piramida adalah perekrutan anggota untuk mendapatkan penghasilan besar dari anggotanya yang berhasil direkrut tersebut, misalnya arisan berantai.

Bagi orang awam, mungkin sangat sulit untuk mengenali perbedaan bisnis MLM dan skema piramida, apalagi jika melihat iming-iming yang dijanjikan skema piramida yang cukup menggiurkan karenanya tidak mengherankan jika banyak yang terkecoh oleh bisnis model ini. Lalu, adakah cara yang tepat untuk mengenali ciri khas skema piramida dan juga bisnis MLM?

Pertama, yang bisa dikenali dari skema piramida adalah biaya investasi atau pendaftarannya yang sangat besar, hal itu tentu berbeda dengan bisnis MLM yang biaya pendaftarannya besarannya digunakan untuk mendapatkan starter kit.

Kedua, jika pada skema piramida bisa dipastikan tidak ada produk yang dijual, pada bisnis MLM pastinya memiliki produk yang jelas.

Ketiga, jika skema piramida, anggota akan mendapatkan penghasilan dari rekruitmen anggota lainnya, maka pada bisnis MLM anggota akan mendapatkan penghasilan dari kerja keras tim dalam memasarkan produknya.

Nah, jika menilik perbedaan dari kedua model bisnis ini, maka bagaimana cara kita menyikapinya? Mungkin bagi Anda yang belum mengenal secara baik apa itu bisnis MLM, Anda akan mudah menyamaratakan dengan skema piramida, padahal keduanya sangat jauh berbeda. Bisnis MLM yang dijalankan dengan baik dan professional akan menghasilkan jiwa wiraswasta yang cukup tangguh dalam memasarkan produk, merekrut anggota, dan yang pasti memiliki mental yang positif (pantang menyerah dan sabar dalam menghadapi penolakan dan sanggahan). Jadi, sekarang Anda sudah lebih paham tentang Kebohongan Skema Piramida, yang hanya menguntung orang yang bergabung lebih dulu.

Bisnis MLM berbeda dengan money game atau arisan berantai. Bisnis dengan sistem MLM selalu berusaha membuat para pengikut bisnis atau downline untuk bisa mencapai sukses. Seorang upline akan berusaha membantu down-line agar bisa naik peringkat. Jadi di dalam bisnis MLM yang sehat memiliki ciri, para upline gigih membantu downline untuk dapat meraih kesuksesan. Bahkan para upline tidak berpangku tangan saja setelah memperoleh downline, melainkan melakukan pembinaan terhadap sang downline, membantu down-line melakukan prospecting serta memberikan fasilitas-fasilitas pendukung bagi kerja downline. Selanjutnya bisnis MLM yang sehat selalu menunjukkan hasil kerja nyata. Impian yang akan diraih dapat dinalar atau dilogika melalui sistem yang dijalankan. Para upline yang sudah meraih sukses pun tidak segan untuk secara langsung membagikan ilmu bagaimana kiat suksesnya. Marketing plan pada bisnis MLM yang sehat tidak berbentuk piramida atau kerucut. Bentuk piramida hampir sama dengan money game.

Ciri-ciri bisnis MLM yang sehat berikutnya adalah memiliki barang atau jasa yang dijual kepada konsumen, di mana barang atau jasa tersebut memiliki kualitas yang dapat dipertanggungjawabkan. Pada MLM yang kurang atau tidak sehat, terkadang yang dijual hanya sistem bisnisnya saja tanpa adanya produk yang jelas. Adanya badan hukum juga mutlak dibutuhkan oleh sebuah usaha yang bergerak melalui sistem MLM ini. Hal tersebut guna mempertanggungjawabkan MLM baik kepada para pengikutnya ataupun kepada konsumen produk yang tidak tergabung di dalamnya. Badan hukum standar yang menunjukkan bahwa sebuah MLM sehat adalah berbentuk Perseroan Terbatas atau PT serta memiliki NPWP serta SIUPL. Apabila MLM masih berbadan hukum sebagai CV, maka kebangkrutan usaha ditanggung bersama para pemilik serta semua yang terlibat di dalam CV serta dapat dengan mudah dibubarkan, oleh karena itu sebaiknya ikuti MLM dari sebuah perusahaan yang berbadan hukum PT. Hal ini dapat dijadikan patokan dalam memilih Perusahaan untuk Bisnis MLM Anda.

Harga produk yang dijual melalui MLM juga dapat menjadi salah satu ciri apakah bisnis tersebut sehat atau tidak. Produk MLM yang sehat dijual dengan harga wajar serta dengan kualitas sesuai dengan harga jual. Mungkin anda pernah melihat atau ditawari barang biasa dengan harga yang luar biasa mahal bahkan berkali-kali lipat dengan barang yang dapat ditemukan di tempat lain. Produk yang harganya tidak wajar tersebut menunjukkan bahwa sistem MLM yang dikembangkan tidak sehat dan memiliki kerentanan untuk mengalami kebangkrutan. Mahalnya produk yang djual adalah merupakan ongkos dari sistem yang dibentuk. Padahal pada bisnis MLM yang berkualitas dan bagus, pendapatan para pebisnis bukan dari harga barang yang ditinggikan melainkan dari banyaknya pembeli atau peminat barang tersebut karena mutu yang terjamin.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *